Teori Perkembangan David Tiedeman & O’hara
Konsep
kunci Tiedeman dalam pendekatan konselingnya terhadap perkembangan karir adalah
self-development dalam pengertian yang luas. Fokus utamanya adalah perkembangan
kognitif total individu dan proses pembuatan keputusan yang dihasilkannya.
Menurut Tiedeman, perkembangan karir terjadi dalam proses perkembangan kognitif
secara umum ketika individu mengatasi krisis egonya yang relevan. Dia yakin
bahwa perkembangan identitas ego merupakan faktor yang sangat penting dalam
proses perkembangan karir.
Dengan
singkat, Tiedeman dan O’hara menyatakan bahwa perkembangan karir sebagai
fungsi dari perkembangan karir itu sendiri, dapat dibedakan dan
secara komprehensif. Memunculkan gagasan yang kritis dari dalam diri meliputi
situasi dan factor social seperti halnya pemenuhan faktor biologis.
Individu terlihat sebagai satu kesatuan yang selalu mengalami perkembangan dan
pengambilan keputusan berdasar masa lalu, misalnya: lulusan/alumni dari
sekolah/perguruan tinggi mana, sudah menikah/belum dan waktu yang dimiliki.
Seperti
halnya teori perkembangan O’hara and Tiedeman “The decision-making process
involves anticipation, implementation, and adjustment. The system describes
anticipation in terms of the following sequence of events: exploration,
crystallization, choice, clarification, induction, reformation, and
incubation”. Dari tahapan keseluruhan tersebut termasuk karakteristik dalam
pengambilan keputusan karir oleh individu tentang lapangan pekerjaan, diikuti
oleh peluang pekerjaan di lapangan, perusahaan yang menjadi pekerja berdasarkan
keuntungan, kerugian dan nilai-nilai hubungan.
Akhirnya dalam
pengambilan keputusan karir, individu mencapai suatu titik yang oleh Tiedeman
disebut differentiation dan integration. Diferensiasi adalah proses
mengevaluasi self atau self-in-world melalui pengidentifikasian dan studi
tentang berbagai aspek okupasi. Proses ini kompleks dan unik untuk
masing-masing individu, tergantung pada potensi biologis dan struktur social
lingkungannya. Pada saat struktur kognitif individu berkembang, dorongan untuk
mencapai diferensiasi pun terbentuk, secara fisiologis ataupun psikologis.
Aktivitas dalam lingkungan individu, termasuk pendidikan formal, memberikan
stimulasi eksternal.
Salah
satu tujuan utama diferensiasi adalah untuk mengatasi krisis trust-mistrust
(Erikson, 1950) yang terkait dengan dunia kerja. Tiedeman dan O’Hara (1963)
berasumsi bahwa masyarakat dan individu senantiasa berusaha ke arah satu tujuan
yang sama: untuk saling memberikan apa itu makna pada masng-masing individu
yang lain. Pada esensinya, individu berusaha untuk berintegrasi ke dalam
masyarakat khususnya di dalam suatu karir untuk mendapatkan penerimaan oleh
para anggota bidang karir tersebut namun tetap mempertahankan sebagian dari
individualitasnya. Jika keunikan individu memperoleh kesesuaian dengan keunikan
dunia kerja, integrasi, sintesis, keberhasilan, dan kepuasan akan menyertainya.
Menurut Tiedeman, teori pemilihan okupasi dan perkembangan vokasional belum
mengeksplorasi bagaimana proses evolusi diferensiasi dan integrasi dapat
diaplikasikan pada perkembangan karir. Oleh karena itu, Tiedeman telah
mengkonseptualisasikan sebuah pola atau paradigma problem solving sebagai
mekanisme pembuatan keputusan karir.
O’Hara
(1968) dan A. W. Miller (1968) menekankan prinsip-prinsip belajar sebagai dasar
untuk keputusan vokasional yang efektif. O’Hara mengemukakan bahwa perkembangan
karir pada dasarnya merupakan sebuah proses belajar. Karena proses pembuatan
keputusan melibatkan apa yang sudah dipelajari oleh individu tentang karir,
maka tingkat belajarnya itu akan menentukan keefektifan pilihan-pilihannya.
Menurut O’Hara, tujuan vokasional akan terumuskan dengan baik apabila
persyaratan-persyaratan pendidikan akademik terkait erat dengan persyaratan
vokasional.
Dalam
hal-hal tertentu, individu sebaiknya belajar mengeksplorasi dunia kerja dengan
mempelajari kosa kata dan symbol-simbol okupasional yang menandai produk-produk
atau pekerjaan tertentu. Dengan cara ini, individu dapat belajar
membeda-bedakan dan mengintegrasikan berbagai informasi okupasional. Menurut
O’Hara, pengenalan terhadap terminology dan orientasi okupasional akan lebih
menjamin terbentuknya respon-respon vokasional yang memadai.
Tahapan
Perkembangan Karir David Tiedeman & O’hara
Tahapan
perkembangan karir parallel dengan tahapan perkembangan menurut orientasi teori
Erikson (1950) yang terdiri dari delapan krisis psikososial sebagai berikut:
(1) trust, (2) autonomy, (3) initiative, (4) industry, (5) identity, (6)
intimacy, (7) generativity, dan (8) ego integrity. Self-in-situation,
self-in-world, dan orientasi kerja berkembang pada saat individu mengatasi
krisis psikososial dalam kehidupannya. Ketika ego identity berkembang,
kemungkinan-kemungkinan pembuatan keputusan karir yang relevan juga berkembang.
Paradigma
tersebut mencakup empat aspek antisipasi atau preokupasi (exploration,
crystallization, choice, dan clarification) dan tiga aspek implementasi atau
penyesuaian (induction, reformation, dan integration), yang dirangkum dalam
table 1 berikut ini.
Tabel
1. Aspek Antisipasi, Preokupasi, Implementasi, dan Penyesuaian
Aspek Antisipasi atau Preokupasi
|
Karakteristik
|
Aspek Implementasi
|
Karakteristik
|
Eksplorasi
|
|
Induksi
|
|
Kristalisasi
|
|
Reformasi
|
|
Pilihan
|
|
Integrasi
|
|
Klarifikasi
|
|
-
|
-
|
Adapted
from Tiedeman and O’hara, 1963
Dari
table diatas dijelaskan bahwa Dalam teorinya D.Tiedeman mengemukakan suatu
keputusan untuk memilih suatu pekerjaan tertentu, merupakan suatu proses
yang berkesinambungan, terjadi titik-titik keputusan penting bila
individu-individu menghadapi seleksi masuk pekerjaan untuk pertama kalinya
perubahan dalam pekerjaan-pekerjaan atau perubahan dalam rencana-rencana
pendidikan akibat dari keputusan-keputusan yang diambil individu pada
tahap-tahap kehidupannya terdahulu. Pengambilan keputusan sangat erat kaitannya
dengan periode antisipasi dan periode implementasi, dan kedua periode ini
merupakan inti dari suatu perkembangan pekerjaan. Keputusan yang telah
ditetapkan individu terhadap suatu lapangan kerja memiliki pengaruh yang sangat
kuat terhadap keharmonisan hidupnya baik sebagai individu maupun anggota
masyarakat. Menurut D.Tiedeman, pengambilan keputusan dibagi menjadi dua
periode, yaitu periode antisipasi dan implementasi.
1. Periode
Antisipasi
Dalam
periode antisipasi ini adalah terdiri dari beberapa tahapan, yaitu tahap
eksplorasi, kristalisasi
a. Tahap
eksplorasi
- Berpikir agak temporer dan induktif.
- Kemungkinan tindakan dipertimbangkan berulang-ulang.
- Melalui imaginasi, individu mengalami berbagai aktivitas dengan mengaitkan perasaan self dalam struktur atau premis tertentu.
- Melalui proyeksi, individu mencari tujuan-tujuan tentatif.
- Terdapat fokus pada perilaku masa depan dengan beberapa alternative tindakan.
- Merefleksikan aspirasi, kemampuan, minat, dan implikasi sosial di masa depan yang terkait dengan pilihan karir.
Dalam
tahap eksplorasi sejumlah perbedaan alternative atau kemungkinan tujuan
dipertimbangkan. Berbagai kemungkinan yang akan dicapai digabung-gabungkan dan
dipertimbangkan untuk menetapkan atau memutuskan suatu pilihan. Sejumlah
alternative tujuan dijadikan suatu bidang untuk dipilih. Pada tahap ini
individu mencoba untuk mengadakan penilaian diri berkaitan dengan berbagai
alternative yang diperkirakan bisa dicapai untuk mencapai tujuan. Pada tahap
ini merupakan penjelajahan untuk mencari dan mengumpulkan berbagai data dan
informasi. Contoh: Siswa Sekolah Menengah pertama termasuk remaja awal masa 9
s/d 11 tahun dapat mengambil keputusan karir untuk menentukan sekolah lanjutan
Atas (SMA) atau Sekolah Kejuruan (SMK)
b. Tahap
Kristalisasi
- Asesmen terhadap berbagai alternatif terus dilakukan.
- Mempertimbangkan beberapa alternatif.
- Muncul beberapa alternatif pilihan.
- Pilihan-pilihan tentatif mungkin direevaluasi dalam proses penilaian dan pengurutan.
- Tujuan menjadi lebih pasti dan terbentuk tetapi ada kemungkinan untuk diubah.
- Terdapat langkah yang pasti menuju stabilitas pemikiran.
Stabilnya
pemikiran yaitu dengan penilaian diri dari berbagai kemungkinan, maka
terjadilah suatu pola dalam bentuk alternative dan segala konsekwensinya
disebut kristalisasi. Pertimbangan yang bermanfaat atau tidak bermanfaat,
kerugian dan nilai dari tiap-tiap alternative, mengakibatkan timbulnya
kristalisasi. Pada tahap ini segala alternative kemungkinan pekerjaan yang dicapai
sudah cukup jelas. Contoh: pengambilan keputusan karir pada masa awal remaja
berumur 9 s/d 11 tahun.
c. Tahap
Pemilihan
- Memilih satu tujuan yang pasti.
- Terfokus pada perilaku tertentu yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Tahap
pemilihan akan berlangsung dengan stabilnya kristalisasi. Masalah-asalah
individu yang berorientasi ke tujuan yang relevan, yaitu individu mulai
mengorganisasi dalam melengkapi dan menyesuaikan terhadap berbagai pilihan
untuk masa datang. Tahap ini adalah tahap pilihan atau keputusan akan datang
lebih cepat. Contoh: pemilihan keputusan karir pada masa remaja akhir (berumur
16 sampai 17 tahun) untuk menentukan karir masa depan individu.
d. Tahap
Klarifikasi
- Periode ini ditandai dengan klarifikasi lebih lanjut tentang self dalam posisi yang dipilih.
- Pertimbangan lebih lanjut tentang posisi yang diantisipasi mengurangi keraguan terhadap keputusan karir.
- Keyakinan yang lebih kuat terhadap keputusan karir dikembangkan.
- Ini mengakhiri tahap antisipasi atau preokupasi.
Dalam
tahap ini individu meneliti kesempatan yang lebih luas dan mendalam, sehingga
tahap ini mengemukakan sesuatu (dalam khayalan) yang lebih baik dan sempurna
untuk masa mendatang, sehingga menghasilkan kemampuan bertindak yang nyata dan
terarah. Contoh: siswa SMA sudah bisa mengambil keputusan untuk melanjutkan ke
perguruan tinggi atau bekerja.
2. Periode
Implementasi dan Penyesuaian
Periode
implementasi dan penyesuaian ini digolongkan menjadi tiga tahap, yaitu: tahap
induksi, tahap transisi dan tahap mempertahankan atau memelihara.
a. Tahap
Induksi
- Dalam periode ini dimulai pengalaman interaksi sosial dan identifikasi karir.
- Lebih jauh mengidentifikasi self dan mempertahankan self dalam sistem sosial karir.
- Pada saat mengalami penerimaan dalam karir, bagian dari self berpadu dengan kelompok penerima.
- Terdapat kemajuan dalam pencapaian tujuan individu tetapi dalam kerangka totalitas karir dengan tujuan sosialnya.
Tahap
ini dimulai dari pengalaman dan kesimpulan yang diteliti. Individu
mengorganisasi lapangan kerja yang bersumber dari tujuan-tujuan tertentu
kedalam interaksi dengan masyarakat. Selama tahap induksi ini, seseorang
mengutamakan hal-hal yang berkaitan dengan tujuan yang telah dicapainya. Akhirnya
pada tahap ini tujuan dan sejumlah alternative menjadi satu bagian. Contoh:
individu sudah mampu mengidentifikasi karir apa yang akan diambil/dijalaninya
b. Tahap
Reformasi
- Kelompok karir memberikan pengakuan dan penerimaan sebagai anggota kelompok.
- Terdapat ketegasan di pihak individu di dalam maupun di luar kelompok karir, yang diperkuat oleh kondisi baru.
- Terdapat tindakan asertif dalam bentuk upaya meyakinkan orang lain agar menyesuaikan dengan pandangan diri individu dan ke arah penerimaan yang lebih baik terhadap tujuan yang sudah dimodifikasi.
Dalam
tahap ini, orientasi yang diutamakan disesuaikan dengan penetapan tujuan yang
diambilnya. Dalam tahap ini adanya kemungkinan bahwa individu akan menyimpang
arah. Contoh: keputusan karir bisa mengalami perubahan dalam proses keputusan
karir individu.
c. Tahap
Integrasi
- Kompromi dalam tujuan dapat dicapai oleh individu pada saat dia berinteraksi dengan kelompok karir.
- Objektivitas self dan kelompok karir diperoleh.
- Terjadi identifikasi terhadap seorang anggota kelompok karir.
- Kepuasan dengan suatu tindakan tercapai, sekurang-kurangnya untuk sementara.
Dalam
tahap ini, individu memelihara atau mempertahankan keputusan yang telah
diambilnya. Prospek terhadap usahanya telah menuju kepada status dimasa
mendatang dan untuk seterusnya akan berkembang menjadi pembinaan karir. Contoh:
individu melakukan kompromi untuk menentukan keputusan karir yang akan diambil
atau dijalani.
Kelebihan dan
Kelemahan Teori Tiedeman dan O’hara
Kelebihan
dari teori ini antara lain:
- meningkatnya kesadaran diri (self-awareness) sebagai faktor yang penting dan diperlukan dalam proses pembuatan keputusan.
- Perhatian diarahkan pada upaya mempengaruhi perubahan dan pertumbuhan melalui penyesuaian terhadap kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di dalam sistem sosial sebuah karir.
- Adaptasi dengan lingkungan kerja untuk mendapatkan afiliasi yang bermakna dengan kelompok sebaya juga mendapat penekanan.
- Teori ini mempunyai dampak yang penting terhadap proses pembuatan keputusan.
- Kelemahan dari teori ini antara lain:
- Dukungan data empiriknya masih sangat terbatas
- ketiadaan instrument yang cukup untuk teori ini.
Aplikasi Teori
Tiedeman & O’hara Dalam Bimbingan Konseling
Teori
Tiedeman & O’hara dapat diaplikasikan dalam bimbingan konseling melalui
Proses pengambilan keputusan karir peserta didik/klien berdasarkan:
- Merumuskan pilihan karir klien yang sesuai dengan tujuan individu, merefleksikan kemampuan, minat dan implikasi social untuk masa depannya
- Membantu klien dalam memilih satu pilihan karir yang pasti
- konselor memberikan strategi untuk memfasilitasi perkembangan karir ataupun penjelasan tentang proses pemilihan keputusan karir klien dan integrasi informasi karir tentang diri konselor sehingga dapat membantu konseli untuk memahami diri konseli.
- melakukan studi mengenai perkembangan karir.
DAFTAR PUSTAKA
Manribu,
M Thayeb, 1988. Pengantar Bimbingan dan Konseling Karir. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, PLPTK, Jakarta.
Samuel
H, Osipow. 1983. Third Edition (Theories of Career Development).
Prentice Hall, inc. Englewood Cliffs, New Jersey.
Zunker,
Vernn G. 1989. Career Counseling : Applied Concepts of Life Planning.
Pacific Grove, California.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar