Karakteristik
Kesehatan Mental
1.
Karakteristik
Personal
Kartini Kartono
(2000:82-83), mengemukakan empat ciri-ciri khas pribadi yang bermental sehat
meliputi:
a. Ada
koordinasi dari segenap usaha dan potensinya, sehingga orang mudah melakukan
adaptasi terhadap tuntutan lingkungan, standar, dan norma sosial serta
perubahan social yang serba cepat.
b. Memiliki
integrasi dan regulasi terhadap struktur kepribadian sendiri sehingga mampu
memberikan partisipasi aktif kepada masyarakat.
c. Dia
senantiasa giat melaksanakan proses realisasi diri (yaitu mengembangkan secara
riil segenap bakat dan potensi), memiliki tujuan hidup, dan selalu mengarah
pada transendensi diri, berusaha melebihi keadaan yang sekarang.
d. Bergairah,
sehat lahir dan batinnya, tenang harmonis kepribadiannya, efisien dalam setiap
tindakannya, serta mampu menghayati kenikmatan dan kepuasan dalam pemenuhan
kebutuhannya.
Selain itu, karakteristik
personal dari kesehatan mental adalah memiliki fisik yang sehat. Diakatakan
sehat bila secara fisiologis (fisik) terlihat normal tidak cacat, tidak mudah
sakit, tidak kekurangan sesuatu apapun
Kemampuan fisik adalah
kemampuan tugas-tugas yang menuntut stamina keterampilan, kekuatan, dan
karakteristik serupa. Penelitian terhadap berbagai persyaratan yang dibutuhkan
dalam ratusan pekerjaan telah mengidentifikasi sembilan kemampuan dasar yang
tercakup dalam kinerja dari tugas-tugas fisik. Setiap individu memiliki kemampuan
dasar tersebut berbeda-beda.
Ada penelitian yang
mendukung pandangan bahwa latihan fisik memiliki hasil positif pada kesehatan
mental. Latihan fisik akan memberikan kontribusi untuk suasana hati yang
positif dan konsentrasi tinggi. Mereka hasil terutama atribut untuk perubahan
kimia dalam tubuh yang disebabkan oleh aktivitas fisik. Seperti dengan olahraga
dipagi hari dapat merilekskan pikiran seseorang bola pikirannya sedang jenuh.
2.
Karakteristik
Intelektual
Karakteristik intelektual
ini berkaitan erat dengan kemampuan individu untuk memanfaatkan potensi yang
dimilikinya dalam kegiatankegiatan yang p[ositif dan konstruktif bagi
pengembangan kualitas din manusia. Pemanfaatan itu seperti dalam kegiatan —
kegiatan belajar, bekerja, berorganisasi, pengembangan hobi dan berolahraga.
Dalam hal ini mental yang
sehat terjadi apabila potensi-potensi yang ada pada din individu tersebut
dikembangkan secara optimal sehingga mendatangkan mafaat bagi diri sendiri dan
lingkungannya. Dalam mengembangkan kualitas diri perlu diperhitungkan norma dan
nilai yang berlaku karena potensi dan kualitas itu ada yang baik dan ada yang
buruk.
Menurut Syamsu Yusuf
(1987); Kartini Kartono dan Jenny Andari (1989); WHO dari segi Intelektual
karakteristik kesehatan mental itu adalah:
a. Mampu
berpikir realistik dan objektif
b. Bersifat
kreatif dan inovatif
c. Bersifat
terbuka dan fleksible, tidak difensif.
d. Memiliki
kemampuan belajar dari pengalaman hidup.
3.
Karakteristik
Sosial
Sehat secara sosial dapat
dikatakan mereka yang bisa berinteraksi dan berhubungan baik dengan
sekitarnya.mampu untuk bekerja sama. Dalam hal ini individu diharapkan secara
aktif berupaya memenuhi hakhak pribadi tanpa melupakan atau melanggar hak-hak
orang lain. Segala aktivitasnya ditunjukkan untuk mencapai kebahagiaan bersama.
Dalam hal ini manusia harus memegang prinsip bahwa tidak akan mengorbankan hak-hak
orang lain demi kepentingannya sendiri di atas kerugian orang lain.
Menurut Syamsu Yusuf
(1987) dari segi social, karakteristik kesehatan mental itu adalah:
a. Memiliki
Perasaan Empati dan rasa kasih sayang (affection) terhadap orang lain, serta
senang untuk memberikan pertolongan kepada orangorang yang memerlukan
pertolongan.
b. Mampu
berhubungan denga orang lain secara sehat, penuh cinta dan persahabatan.
c. Bersifat
toleran dan mau menerima tanpa memandang kelas social, tingkat pendidika,
politik, agama, suku, ras, atau warna kulit.
4.
Karakteristik
Emosional
Menurut Goleman emosional
merupakan hasil campur dari rasa takut, gelisah, marah, sedih dan senang. Emosi
menurut kebanyakan orang adalah keadaan seseorang yang sedang marah, padahal
sebenarnya emosi itu tidak hanya pada saat seseorang marah saat bahagia pun itu
juga disebut emosi. Kemarahan bisa juga disebut emosi negatif sedangkan senang
bisa disebut emosi positif.
Jadi emosi dapat dikatan
bentuk pengekpresikan diri dimana seseorang dapat mengendalikan situasi secara
emosional baik itu positif maupun negative tergantntung individu itu menghadapi
masalah. Bila individu itu dapat dengan baik mengendalikan emosi itu secara
positive maka secara langsung perkembangan kesehatan mentalnya dapat dikatakan
dengan baik.
Kesadaran emosi (emotional
literacy) yang bertujuan membangun rasa percaya diri pribadi melalui pengenalan
emosi yang dialami dan kejujuran terjadap emosi yang dirasakan. Kesadaran emosi
yang baik terhadap diri sendiri dan orang lain, sekaligus kemampuan untuk
mengelola emosi yang dikenalnya, membuat seseorang dapat menyalurkan energi
emosinya ke reaksi yang tepat dan konstruktif.
Kebugaran emosi (emotional
fitness) yang bertujuan mempertegas antusiasme dan ketangguhan untuk menghadapi
tantangan dan perubahan. Hal ini mencakup kemampuan untuk mempercayai orang
lain serta mengelola konflik dan mengatasi kekecewaan dengan cara yang paling
konstruktif.
Kedalaman emosi (emotional depth) yang mencakup komitmen
untuk menyelaraskan hidup dan kerj a dengan potensi serta bakat unik yang
dimiliki. Komitmen yang berupa rasa tanggung jawab ini, pada gilirannya
memiliki potensi untuk memperbesar pengaruh tanpa perlu menggunakan kewenangan
untuk memaksakan otoritas.
Alkimia emosi (emotional elchemist) yaitu kemampuan
kreatif untuk mengalir bersama masalah-masalah dan tekanan-tekanan tanpa larut
di dalamnya. Hal ini mencakup keterampilan bersaing dengan lebih peka terhadap
kemungkinan solusi yang masih bersembunyi dan peluang yang masih terbuka untuk
mengevaluasi masa lalu, menghadapi masa kini, dan mempertahankan masa depan.
Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa Orang yang sehat secara emosi dapat terlihat dari kestabilan
dan kemampuannya mengontrol dan mengekspresikan perasaan (marah, sedih atau
senang) secara tidak berlebihan. Mampu mengendalikan diri
5.
Karakteristik
Moral Keagamaan
Menurut Syamsu Yusuf
(1987) dari segi keagamaan, karakteristik kesehatan mental itu diantaranya:
a. Beriman
kepada Allah dan taat mengamalkan ajaran-Nya
b. Jujur,
amanah (bertanggung jawab) dan ikhlas dalam beramal
c. Berusaha
untuk mengembangkan potensi dirinya secara positif karena ia sadar hal tersebut
merupakan anugrah dari Tuhan
d. Menanamkan
moralitas dan rasa adil dalam diri serta memberikan manfaat bagi sekelilingnya
Schneiders (1965) membagi
kriteria kesehatan mental menjadi beberapa kategori (dalam bukunyaPersonality
Dynamic and Mental Health) mengemukakan kriteria yang sangat penting dan dapat
digunakan untuk menilai kesehatan mental. Kriteria itu dapat diuraikan sebagai
berikut :
1.
Adequate
contact with reality (Hubungan yang adekuat dengan kenyataan)
Dalam berbicara tentang
kriteria penyesuaian diri, kita mengenal salah satu kriteria, yakni orientasi
yang adekuat pada kenyataan. Dalam menilai kesehatan mental, kita menemukan
sesuatu yang sangat serupa dengan orintasi, yakni konsep kontak, meskipun kedua
istilah tersebut tidak memiliki arti yang persisi sama. Orientasi mengacu
secara khusus pada sikap seseorang terhadap kenyataan, sedangkan kontak mengacu
pada cara bagaimana atau sejauh mana seseorang menerima kenyataan menolaknya
atau melarikan din padanya.
Dengan demikian,
seseorang yang terlalu menekankan masa lampau adalah orang yang tidak
berorientasi pada kenyataan, sedangkan seseorang yang menggantikan keenyataan
dengan fantasi/khayalan adalah orang yang telah menolak kenyataan. Orientasi
yang kurang sangat mungkin berhubungan dengan ketidakmampuan menyesuaiakan diri
dan gangguan-gangguan neurotic, sedangkan kontak yang tidak adekuat dengan
kenyataan secara khas ditemukan pada pasien yang sangat kalut, seperti pasien
skizofrenik.
2.
Healthy
attitude (Sikap-sikap yang sehat)
Sikap-sikap mempunyai
kesamaan dengan perasaan dalam hubungannya dengan kesehatan mental. Dalam
perjumpaan kita dengan kepribadian-kepribadian yang tidak dapat menyesuaiakan
din atau kalut, kita selalu teringat betapa pentingnya mempertahankan pandangan
yang sehat terhadap hidup, orang-orang, pekerjaan atau kenyataan. Tidak mungkin
kesehatan mental terjadidalam konteks kebenciandan prasangka, pesimisme dan
sinisme, atau keputusaasaan dan kehilangan harapan. Sikap-sikap ini terhadap
kesehatan mental sama seperti bakteri dan racun terhadap kesehatan fisik.
3.
Control
our thought and imagination (Pengendalian pikiran dan Imajinasi)
Pengendalian yang efektif
selalu n'terupakan salah satu tanda yang sangat pasti dari kepribadian yang
sehat. Ini berlaku terutama bagi proses- proses mental. Berkhayal secara
berlebihan, misalnya, merusak kesehatan mental karena melemahkan hubungan
antara pikiran dan kenyataan. Tanpa pengendalian ini, maka obsesi, ide yang
melekat (pikiran yang tidak hilang-hilang), fobia, delusi dan symptom-symptom
lainnya mungkin berkembang.
4.
Integration
our thought and conduct (Integrasi pikiran dan Imaninasi)
Hal ini juga penting bagi
kesehatan mental adalah mengintegrasikan antara pikiran dan tingkah laku, suatu
kualitas yang biasanya diindentikkan sebagai integritas pribadi. Pembohong yang
patologik, psikopat, dan penipu mengalami kekurangan dalam integrasi pribadi
dan sering kali cirinya adalah patologik
5.
Integration
of motives and resolution of conflict (Integrasi motif-motif dan pengendalian
konflik/frustasi)
Kemampuan untuk
mengintegarsikan motivasi-motivasi pribadi dan tetap mengendalikan
konflik-konflik dan frustasi-frustasi dan konflikkonflik sama pentingnya
dengan integrasi pikiran dan tingkah laku. Konflik yang hebat akan muncul
apabila motif-motif tidak terintegrasi. Kebutuhan akan afeksi dan keamanan bisa
bertentangan dengan otonomi, dorongan seks bia bertentangan dngan cita-cita
atau prinsip-prinsip moral. Kecenderungan-kecenderungan yang bertentangan ini
harus diintegrasikan antara satu dengan yang lainnya jika konflik-konflik dan
frustas-frustasi itu dikendalikan.
6.
Mental
efficiency (Efesiensi mental)
Efesiensi dapat digunakan
untuk menilai kesehatan mental. Tentu saja kepribadian yang mengalami gangguan
emosional neurotic, atau tidak adekuat sama sekali tidak memiliki kualitass
ini.
7.
Adequate
concept of self (Konsep diri yang sehat)
Perasaan-perasaan diri
yang tidak kuat, tidak berdaya, rendah diri, tidak aman, atau tidak berharga
akan mengurangi konsep diri yang kuat. Kondisi ini akan sulit menemukan
kriteria lain dalam kesehatan mental. Ide ini dapat disamakan dengan penerimaan
diri.
8.
Feeling
of security and belonging (Perasaan terhadap rasa aman dan penerimaan)
Integrasi yang dituhkan
bagi kesehatan mental dapat ditunjang oleh perasaan-perasaan positif dan
demikian juga sebaliknya perasaan-perasaan negative dapat mengganggu atau
bahkan merusak kestabilan emosi. Perasaan-perasaan tidak aman yang dalam, tidak
adekuat, bersalah, rendah diri, bermusuhan, benci, cemburu, dan iri hati adalah
tanda-tanda gangguan emosi dan dapat menyebabkan mental tidak sehat.
Sebaliknya, perasaan-perasaan diterima, cinta, memiliki, aman, dan harga diri
sebagai tanda kesehatan mental. Dari perasaan-perasaan ini, perasaan aman
mungkin sangat dominan karena pengaruhnya merembes pada hubungan antara
individu dan tuntutan-tuntutan kenyatan.
9.
Adequate
ego integration (Integrasi ego yang adekuat)
Menurut White,
"Identitas ego adalah diri atau orang di mana is merasa menjadi dirinya
sendiri"(White, 1952). Dalam perjuangan yang tak henti-hentinya untuk
menanggulangi tuntutan-tuntutan dari diri dan kenyataan dan untuk menangani
secara tegas harus berpegang teguh pada integrasi kita sendiri. Kita hams
mengetahui kita ini siapa dan apa.
Pada beberapa orang,
identitas ego rupanya tidak tumbuh menjadi lebih stabil ketika mereka mendekati
masa remaja atau masa dewasa, melainkan akan terjadi fiksasi-fiksasi pada
tingkat-tingkat perkembangan yang tidak matang atau regresi apda cara-cara
bertingkah laku yang lebih awal, serta akan terhambat kemampuan'untuk bertindak
secara efektif. Menurut White "Apabila identitas ego tumbuh menjadi stabil
dan otonom, maka orang tersebut akan mampu bertingkah laku lebih konsisten dan
bertahan lama terhadap lingkungannya. Semakin is yakin akan kodrat dan
sifat-sifat yang khas dari dirinya sendiri, maka semakin kuat juga inti yang
menjadi sumber kegiatannya".
10. A healthy emotional life (Emosional yang
sehat)
Banyak kriteria
penyesuaian diri dan kesehatan mental berorientasi kepada ketenangan
pikiran/mental, yang seringkali disinggung dalam pembicaraan mengenai kesehatan
mental, yang seringkali disinggung dalam pembicaraan mengenai kesehatan mental.
Apabila ada keharmonisan emosi, perasaan positif, pengendalian pikiran dan
tingkah laku, ingrasi motif-motif maka akan muncul ketenangan mental. Kita
tidak dapat memiliki yang satu tanpa yang lain-lainnya. Ini berarti kesehatan
mental, sepertipenyesuaian diri dan tidak diizinkan adanya symptom-symptom yang
melumpuhkan. Respon-respon yang simptomatik, seperti delusi-delusi, lamunan,
atau halusinasi, langsung bertentangan dengan kestabilan mental.
KEPUSTAKAAN
Bernard, W Harold.1970. Mental Health In The Classroom. Portland:McGrawHill
dalam Islam. Bandung: Mandar Maju.
Kartini Kartono. 2000. Hygiene Mental. Bandung: CV. Mandar Maju.
Syamsu Yusuf LN.1987. Mental Hygiene. Bandung: Maestro.
Mirisnya isu kesehatan mental masih melekat stigma negatif bagi kebanyakan masyarakat Indonesia, jadi bagi yang mengalami penyakit mental merasa minder saat mau menggunakan layanan kesehatan mental. Tapi katanya dengan membaca artikel psikoedukasi secara intensif mampu menurunkan stigma sosial dan pribadi yang disematkan pada pengguna layanan kesehatan mental secara signifikan. Ini penelitiannya.
BalasHapus