Kamis, 05 Desember 2013

PERANAN ANGGOTA KELUARGA

Keluarga merupakan bagian masyarakat yang fundamental bagi kehidupan pembentukan kepribadian anak manusia. Hal ini diungkapkan Syarief Muhidin (1981:52) yang mengemukakan bahwa : “Tidak ada satupun lembaga kemasyarakatan yang lebih efektif di dalam membentuk keperibadian anak selain keluarga. Keluarga tidak hanya membentuk anak secara fisik tetapi juga berpengaruh secara psikologis”.
Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal yang berhubungan dengan posisi dan situasi tertentu. Berbagai peran secara umum yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut:
1.      Peran ayah sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, kepala rumah tangga, anggota dari kelompok sosialnya dan anggota masyarakat.
2.      Peran ibu sebagai isteri, ibu dari anaknya, mengurus rumah tangga, pengasuh, pendidik dan pelindung bagi anak-anaknya, anggota kelompok social dan anggota masyarakat serta berperan sebagai pencari nafkah tambahan bagi keluarga.
3.      Peran anak-anak sebagai pelaksana peran psikososial sesuai dengan tingkat perkembangan baik fisik, mental dan spiritual.

1.        PERAN AYAH DALAM KELUARGA
Peran ayah dalam keluarga yang dimaksud di sini adalah aktif dalam membentuk perkembangan emosi anak, menanamkan nilai-nilai hidup, dan kepercayaan dalam keluarga. Berbagai riset tentang perkembangan anak menunjukkan, pengaruh seorang ayah dimulai sejak usia yang sangat dini. Misalnya ditemukan, bayi laki-laki berusia lima bulan yang banyak menghabiskan waktu dengan ayahnya, menjadi jauh lebih nyaman berada di antara orang-orang asing dewasa. Bayi ini lebih banyak mengoceh dan menunjukkan kerelaan untuk digendong dibandingkan dengan bayi yang ayahnya kurang terlibat.
Guna mendapatkan definisi mengenai peran ayah (fathering), maka rujukan pertama adalah memahami arti dari peran orang tua (parenting) atau biasa dikenal sebagai peran pengasuhan. Menurut Shanock (dalam Garbarino & Benn, 1992), parenting adalah suatu peran yang berkaitan dengan tugas untuk mengarahkan anak menjadi mandiri di masa dewasanya, baik secara fisik dan biologis. Parenting adalah suatu hubungan yang intens berdasarkan kebutuhan yang berubah secara pelan sejalan dengan perkembangan anak. Parenting adalah suatu perilaku yang pada dasarnya mempunyai kata-kata kunci yaitu hangat, sensitif, penuh penerimaan, bersifat resiprokal, ada pengertian, dan respon yang tepat pada kebutuhan anak (Garbarino & Benn, 1992). Pengasuhan dengan ciri-ciri tersebut melibatkan kemampuan untuk memahami kondisi dan kebutuhan anak, kemampuan untuk memilih respon yang paling tepat baik secara emosional afektif maupun instrumental. Selain itu keterlibatan dalam parenting mengandung aspek waktu, interaksi, dan perhatian (Andayani & Koentjoro, 2004).
Parenting berbeda dari parenthood. Menurut Shanock (dalam Garbarino & Benn, 1992), parenthood lebih merujuk pada masa menjadi orang tua dengan kewajiban memenuhi kebutuhan anak yang selalu berubah dari waktu ke waktu sesuai perkembangannya. Dalam kalimat lain, parenthood lebih memberi arti status sebagai orang tua.
Peran ayah atau fathering lebih merujuk dengan pengertian parenting. Hal ini karena fathering merupakan bagian dari parenting. Idealnya, ayah dan ibu mengambil peranan yang saling melengkapi dalam menjalankan rumah tangga dan perkawinan, termasuk di dalamnya berperan memberikan model yang lengkap bagi anak-anak dalam menjalani kehidupan (Andayani & Koentjoro, 2004).
Berdasar pemahaman diatas, peran ayah (fathering) dapat dijelaskan sebagai suatu peran yang dimainkan seorang ayah dalam kaitannya dengan tugas untuk mengarahkan anak menjadi mandiri di masa dewasanya, baik secara fisik dan biologis. Peran ayah sama pentingnya dengan peran ibu dan memiliki pengaruh pada perkembangan anak walau pada umumnya menghabiskan waktu relatif lebih sedikit dengan anak dibandingan dengan ibu. Hal ini karena, menurut Fromm (dalam Lugo & Hershey, 1979) cinta ayah didasarkan pada syarat tertentu, berbeda dengan ibu yang tanpa syarat. Dengan demikian cinta ayah memberi motivasi anak untuk lebih menghargai nilai-nilai dan tanggung jawab.

2.        PERAN IBU DALAM KELUARGA
Adapun peran ibu dalam keluarga yaitu :
a.    Peran dan citra perempuan sebagai ibu
Karateristik perempuan sebagai ibu bukan saja terletak pada peran kodrat perempuan yang dapat mengandung dan melahirkan, melainkan juga terletak pada kemampuan seorang ibu dalam mengasuh anak-anaknya sejak lahir hingga dewasa. Dalam kehidupan modern, banyak kaum ibu rumah tangga mengabaikan atau bahkan enggan mengasuh perkembangan dan pertumbuhan anaknya sendri, sehingga tidak jarang pertumbuhan perkembangan anak-anak di kota besar itu lebih didasarkan pada kemampuan fasilitas finansialnya dengan menyerahkan sepenuhnya pada pembantu rumah tangga atau panti-panti penitipan anak.
b.    Peran dan citra perempuan sebagai istri
Dalam pandangan islam, hubungan suami istri diibaratkan sebagai pakaian antara yang satu bagi yang lain. Suami merupakan pakaian bagi istri dan istri merupakan pakaian bagi suami. Laki-laki merupakan kepala dan rumah merupakan pelabuhannya. Dalam kehidupan modern, peran suami istri dalam gambaran diatas masih dimungkinkan. Meskipun mereka memiliki mobilitas yang lebih tinggi dibanding dengan kehidupan keluarga tradisional, keluarga modern masih didasarkan pada pandangan romantis, maternal, dan domestik. Cinta romantis adalah konsep yang menunjang prinsip modernisme keteraturan, untuk tiap pria ada satu orang perempuan yang menjadi pasangannya, demikian pula yang sebaliknya. Cinta material dipandang sebagai perwujudan tugas seorang ibu dalam mencintai dan merawat anak-anaknya. Persepsi cinta, romantis, material, dan domestic dapat diartikan sebagai suatu kehidupan keluarga yang dapat berada dalam satu nilai kebersamaan.
 Dalam kehidupan pasca modern, tampaknya ada perbedaan, kekhususan, dan ketidakberaturan yang mendasari kehidupan keluarga mereka. Konsep tentang keluarga inti dengan satu bapak yang bekerja mencari nafkah dan satu ibu yang yang mengayomi anak-anak dirumah sudah sulit dipertahankan sebagai realitas kehidupan. Keluarga pasca modern diwarnai dengan kehidupan kedua orang tua yang sama-sama bekerja mencari nafkah diluar rumah, akibatnya angka perceraian semakin tinggi, banyak keluarga dengan satu orang tua saja sehingga anak-anak harus bertahan dan berjuang dijalan.

3.        PERAN ANAK DALAM KELUARGA
Peran seorang anak dalam sebuah keluarga menjadi sangat beragam ketika kita melihat perannya dari sudut pandang usia. Ketika kita masih berumur balita, kita tidak memang tidak mempunyai peran apa-apa didalam keluarga karena kita  mempunyai hak untuk diasuh dan dirawat oleh kedua orang tua kita. Menginjak umur remaja sudah sepatutnya kita dapat meringankan beban kedua orang tua kita dengan cara membantu mengurus pekerjaan yang berhubungan dengan pribadi kita seperti mencuci sepatu, mencuci piring, mencuci baju, membereskan kamar kita, dan lain-lain. Menginjak umur dewasa barulah peran kita sebagai anak menjadi bertambah banyak mengingat kita pada umur dewasa telah berkembang menjadi seorang manusia yang dapat hidup mandiri dan tidak lagi membebankan pekerjaan rumah pada kedua orang tua kita.
Namun bila kita melihat peran seorang anak dari sudut pandang sosial, banyak sekali anak-anak yang masih kecil bisa mencari penghasilan mereka sendiri, seperti pada kalangan menengah ke bawah banyak sekali anak-anak yang mengamen di jalan-jalan besar karena mereka inigin membantu keluarganya dalam mecari nafkah. Kemudian dari kalangan menengah ke atas banyak juga anak-anak kecil yang sudah bisa mencari uang mereka sendiri dengan cara bekerja seperti "Baim" yang bekerja sebagai aktor dalam acara-acara televisi.
Jadi sudah seharusnya kita sebagai anak dalam keluarga sudah tahu persis bagaimana dalam mengambil tindakan dan peranan kita didalam keluarga kita sendiri. Jangan sampai kita terlalu menjadi beban atau terlalu tergantung pada keluarga kita sendiri. Karena suatu saat nanti kita akan beranjak dewasa dan terlepas dari tanggung jawab kedua orang tua kita.


DAFTAR RUJUKAN


Tidak ada komentar:

Posting Komentar