Keluarga merupakan bagian masyarakat
yang fundamental bagi kehidupan pembentukan kepribadian anak manusia. Hal ini
diungkapkan Syarief Muhidin (1981:52) yang mengemukakan bahwa : “Tidak ada
satupun lembaga kemasyarakatan yang lebih efektif di dalam membentuk
keperibadian anak selain keluarga. Keluarga tidak hanya membentuk anak secara
fisik tetapi juga berpengaruh secara psikologis”.
Peran keluarga menggambarkan
seperangkat perilaku interpersonal yang berhubungan dengan posisi dan situasi
tertentu. Berbagai peran secara umum yang terdapat dalam keluarga adalah
sebagai berikut:
1. Peran ayah sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, kepala rumah tangga, anggota dari
kelompok sosialnya dan anggota masyarakat.
2. Peran ibu sebagai isteri, ibu dari
anaknya, mengurus rumah tangga, pengasuh, pendidik dan pelindung bagi
anak-anaknya, anggota kelompok social dan anggota masyarakat serta berperan
sebagai pencari nafkah tambahan bagi keluarga.
3. Peran anak-anak sebagai pelaksana
peran psikososial sesuai dengan tingkat perkembangan baik fisik, mental dan
spiritual.
1.
PERAN AYAH DALAM KELUARGA
Peran
ayah dalam keluarga yang dimaksud di sini adalah aktif dalam membentuk
perkembangan emosi anak, menanamkan nilai-nilai hidup, dan kepercayaan dalam
keluarga. Berbagai riset tentang perkembangan anak menunjukkan, pengaruh
seorang ayah dimulai sejak usia yang sangat dini. Misalnya ditemukan, bayi
laki-laki berusia lima bulan yang banyak menghabiskan waktu dengan ayahnya,
menjadi jauh lebih nyaman berada di antara orang-orang asing dewasa. Bayi ini
lebih banyak mengoceh dan menunjukkan kerelaan untuk digendong dibandingkan
dengan bayi yang ayahnya kurang terlibat.
Guna mendapatkan definisi mengenai peran
ayah (fathering), maka rujukan pertama adalah memahami arti dari peran
orang tua (parenting) atau biasa dikenal sebagai peran pengasuhan. Menurut
Shanock (dalam Garbarino & Benn, 1992), parenting adalah suatu peran
yang berkaitan dengan tugas untuk mengarahkan anak menjadi mandiri di masa dewasanya,
baik secara fisik dan biologis. Parenting adalah suatu hubungan yang
intens berdasarkan kebutuhan yang berubah secara pelan sejalan dengan
perkembangan anak. Parenting adalah suatu perilaku yang pada dasarnya
mempunyai kata-kata kunci yaitu hangat, sensitif, penuh penerimaan, bersifat
resiprokal, ada pengertian, dan respon yang tepat pada kebutuhan anak
(Garbarino & Benn, 1992). Pengasuhan dengan ciri-ciri tersebut melibatkan
kemampuan untuk memahami kondisi dan kebutuhan anak, kemampuan untuk memilih
respon yang paling tepat baik secara emosional afektif maupun instrumental.
Selain itu keterlibatan dalam parenting mengandung aspek waktu,
interaksi, dan perhatian (Andayani & Koentjoro, 2004).
Parenting berbeda
dari parenthood. Menurut Shanock (dalam Garbarino & Benn, 1992), parenthood
lebih merujuk pada masa menjadi orang tua dengan kewajiban memenuhi
kebutuhan anak yang selalu berubah dari waktu ke waktu sesuai perkembangannya.
Dalam kalimat lain, parenthood lebih memberi arti status sebagai orang tua.
Peran ayah atau fathering lebih
merujuk dengan pengertian parenting. Hal ini karena fathering merupakan
bagian dari parenting. Idealnya, ayah dan ibu mengambil peranan yang
saling melengkapi dalam menjalankan rumah tangga dan perkawinan, termasuk di dalamnya
berperan memberikan model yang lengkap bagi anak-anak dalam menjalani kehidupan
(Andayani & Koentjoro, 2004).
Berdasar pemahaman diatas, peran ayah (fathering)
dapat dijelaskan sebagai suatu peran yang dimainkan seorang ayah dalam
kaitannya dengan tugas untuk mengarahkan anak menjadi mandiri di masa
dewasanya, baik secara fisik dan biologis. Peran ayah sama pentingnya dengan
peran ibu dan memiliki pengaruh pada perkembangan anak walau pada umumnya
menghabiskan waktu relatif lebih sedikit dengan anak dibandingan dengan ibu.
Hal ini karena, menurut Fromm (dalam Lugo & Hershey, 1979) cinta ayah
didasarkan pada syarat tertentu, berbeda dengan ibu yang tanpa syarat. Dengan
demikian cinta ayah memberi motivasi anak untuk lebih menghargai nilai-nilai
dan tanggung jawab.
2.
PERAN IBU DALAM KELUARGA
Adapun peran ibu dalam keluarga yaitu :
a. Peran
dan citra perempuan sebagai ibu
Karateristik
perempuan sebagai ibu bukan saja terletak pada peran kodrat perempuan yang
dapat mengandung dan melahirkan, melainkan juga terletak pada kemampuan seorang
ibu dalam mengasuh anak-anaknya sejak lahir hingga dewasa. Dalam kehidupan
modern, banyak kaum ibu rumah tangga mengabaikan atau bahkan enggan mengasuh
perkembangan dan pertumbuhan anaknya sendri, sehingga tidak jarang pertumbuhan
perkembangan anak-anak di kota besar itu lebih didasarkan pada kemampuan
fasilitas finansialnya dengan menyerahkan sepenuhnya pada pembantu rumah tangga
atau panti-panti penitipan anak.
b. Peran
dan citra perempuan sebagai istri
Dalam
pandangan islam, hubungan suami istri diibaratkan sebagai pakaian antara yang
satu bagi yang lain. Suami merupakan pakaian bagi istri dan istri merupakan
pakaian bagi suami. Laki-laki merupakan kepala dan rumah merupakan
pelabuhannya. Dalam kehidupan modern, peran suami istri dalam gambaran diatas
masih dimungkinkan. Meskipun mereka memiliki mobilitas yang lebih tinggi
dibanding dengan kehidupan keluarga tradisional, keluarga modern masih
didasarkan pada pandangan romantis, maternal, dan domestik. Cinta romantis
adalah konsep yang menunjang prinsip modernisme keteraturan, untuk tiap pria
ada satu orang perempuan yang menjadi pasangannya, demikian pula yang
sebaliknya. Cinta material dipandang sebagai perwujudan tugas seorang ibu dalam
mencintai dan merawat anak-anaknya. Persepsi cinta, romantis, material, dan
domestic dapat diartikan sebagai suatu kehidupan keluarga yang dapat berada
dalam satu nilai kebersamaan.
Dalam kehidupan pasca modern, tampaknya ada
perbedaan, kekhususan, dan ketidakberaturan yang mendasari kehidupan keluarga
mereka. Konsep tentang keluarga inti dengan satu bapak yang bekerja mencari
nafkah dan satu ibu yang yang mengayomi anak-anak dirumah sudah sulit
dipertahankan sebagai realitas kehidupan. Keluarga pasca modern diwarnai dengan
kehidupan kedua orang tua yang sama-sama bekerja mencari nafkah diluar rumah,
akibatnya angka perceraian semakin tinggi, banyak keluarga dengan satu orang
tua saja sehingga anak-anak harus bertahan dan berjuang dijalan.
3.
PERAN ANAK DALAM KELUARGA
Peran seorang anak dalam sebuah keluarga
menjadi sangat beragam ketika kita melihat perannya dari sudut pandang usia.
Ketika kita masih berumur balita, kita tidak memang tidak mempunyai peran
apa-apa didalam keluarga karena kita mempunyai hak untuk diasuh dan
dirawat oleh kedua orang tua kita. Menginjak umur remaja sudah sepatutnya kita
dapat meringankan beban kedua orang tua kita dengan cara membantu mengurus
pekerjaan yang berhubungan dengan pribadi kita seperti mencuci sepatu, mencuci
piring, mencuci baju, membereskan kamar kita, dan lain-lain. Menginjak umur
dewasa barulah peran kita sebagai anak menjadi bertambah banyak mengingat kita
pada umur dewasa telah berkembang menjadi seorang manusia yang dapat hidup
mandiri dan tidak lagi membebankan pekerjaan rumah pada kedua orang tua kita.
Namun bila kita melihat peran seorang
anak dari sudut pandang sosial, banyak sekali anak-anak yang masih kecil bisa
mencari penghasilan mereka sendiri, seperti pada kalangan menengah ke bawah
banyak sekali anak-anak yang mengamen di jalan-jalan besar karena mereka inigin
membantu keluarganya dalam mecari nafkah. Kemudian dari kalangan menengah ke
atas banyak juga anak-anak kecil yang sudah bisa mencari uang mereka sendiri
dengan cara bekerja seperti "Baim" yang bekerja sebagai aktor dalam
acara-acara televisi.
Jadi sudah seharusnya kita sebagai anak
dalam keluarga sudah tahu persis bagaimana dalam mengambil tindakan dan peranan
kita didalam keluarga kita sendiri. Jangan sampai kita terlalu menjadi beban
atau terlalu tergantung pada keluarga kita sendiri. Karena suatu saat nanti
kita akan beranjak dewasa dan terlepas dari tanggung jawab kedua orang tua
kita.
DAFTAR
RUJUKAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar