Neurosis adalah merupakan suatu jenis
penyakit mental yang lunak, dimana kondisi psikis berada didalam ketakutan dan
rasa kecemasan yang kronis, serta tidak ada rangsangan yang spesifik. Secara
garis besar neurosis itu sendiri terbagi atas:
a. Neurosis cemas (anxiety neurosis atau
anxiety state)
b. Neurosis Histeria
c. Neurosis fobik
d. Neurosis
obsesif-kompulsif
e. Neurasthenia
A. Pengertian Neurosis
Pada awalnya pengertian Neurosis adalah gangguan-gangguan dari system
saraf, sebagai akibat dari tidak berfungsinya (malfungsi) dari neuron (saraf)
yang ditampilkan, dalam bentuk prilaku. Akan tetapi, keyakinan ini hilang setelah
Freud, menemukan peranana psikologis dari latar belakanganya, bukan karena
saraf. Secara umu Freud mengungkapkan bahwa neurosis terjadi karena
keinginan-keinginan yang tidak dapat di
penuhi karena adanya hambatan dari super ego, sedangkan ego tidak dapat membuat
suatu keputusan untuk mendamaikannya.
Neurosis kadang-kadang disebut psikoneurosis dan gangguan jiwa (untuk
membedakannya dengan psikosis atau penyakit jiwa. Menurut Singgih Dirgagunarsa
(1978 : 143), neurosis adalah gangguan yang terjadi hanya pada sebagian dari
kepribadian, sehingga orang yang mengalaminya masih bisa melakukan
pekerjaan-pekerjaan biasa sehari-hari atau masih bisa belajar, dan jarang
memerlukan perawatan khusus di rumah sakit.
Dali Gulo (1982 : 179), berpendapat bahwa neurosis adalah suatu kelainan
mental, hanya memberi pengaruh pada sebagaian kepribadian, lebih ringan dari
psikosis, dan seringkali ditandai dengan : keadaan cemas yang kronis,
gangguan-gangguan pada indera dan motorik, hambatan emosi, kurang perhatian
terhadap lingkungan, dan kurang memiliki energi fisik, dst.
Nurosis, menurut W.F. Maramis (1980 : 97), adalah suatu kesalahan
penyesuaian diri secara emosional karena tidak diselesaikan suatu konflik tidak
sadar.
Berdasarkan pendapat mengenai neurosis dari para ahli tersebut dapat
diidentifikasi pokok-pokok pengertian mengenai neurosis sebagai berikut:
a. Neurosis merupakan gangguan jiwa pada taraf ringan.
b. Neurosis terjadi pada sebagian kecil aspek kepribadian.
c. Neurosis dapat dikenali berdasarkan gejala yang paling menonjol yaitu
kecemasan.
d. Penderita neurosis masih mampu menyesuaikan diri dan mampu melakukan
aktivitas sehari-hari.
e. Penderita neurosis tidak memerlukan perawatan khusus di rumah sakit
jiwa.
B. Macam-macam neurosis
Kelainan jiwa yang disebut neurosis ditandai dengan bermacam-macam gejala.
Dan berdasarkan gejala yang paling menonjol, sebutan atau nama untuk jenis
neurosis diberikan. Dengan demikian pada setiap jenis neurosis terdapat
ciri-ciri dari jenis neurosis yang lain, bahkan kadang-kadang ada pasien yang
menunjukkan begitu banyak gejala sehingga gangguan jiwa yang dideritanya sukar
untuk dimasukkan pada jenis neurosis tertentu (W.F. Maramis, 1980 : 258).
Bahwa nama atau sebutan
untuk neurosis diberikan berdasarkan gejala yang paling menjonjol atau paling
kuat. Atas dasar kriteria ini para ahli mengemukakan jenis-jenis neurosis
sebagai berikut (W.F. Maramis, 1980 : 257-258).
1. Neurosis cemas (anxiety neurosis atau anxiety state)
a. Gejala-gejala neurosis cemas
Tidak ada rangsang yang
spesifik yang menyebabkan kecemasan, tetapi bersifat mengambang bebas, apa saja
dapat menyebabkan gejala tersebut. Bila kecamasan yang dialami sangat hebat
maka terjadi kepanikan.
1) Gejala somatis dapat berupa sesak nafas, dada tertekan, kepala ringan
seperti mengambang, lekas lelah, keringat dingan, dst.
2) Gejala psikologis berupa kecemasan, ketegangan, panik, depresi, perasaan
tidak mampu, dst.
b. Faktor penyeban neurosis cemas
Menurut Maramis (1998 :
261), faktor pencetus neurosis cemas sering jelas dan secara psikodinamik
berhubungan dengan faktor-faktor yang menahun seperti kemarahan yang dipendam.
c. Terapi untuk penderita neurosis cemas
Terapi untuk penederita
neurosis cemas dilakukan dengan menemukan sumber ketakutan atau kekuatiran dan
mencari penyesuaian yang lebih baik terhadap permasalahan. Mudah tidaknya upaya
ini pada umumnya dipengaruhi oleh kepribadian penderita. Ada beberapa jenis
terapi yang dapat dipilih untuk menyembuhkan neurosis cemas, yaitu : 1)
psikoterapi individual, 2) psikoterapi kelompok, 3) psikoterapi analitik, 4)
sosioterapi, 5) terapi seni kreatif, 6) terapi kerja, 7) terapi perilaku, dan
farmakoterapi.
2. Histeria
a. Gejala-gejala histeria
Histeria merupakan
neurosis yang ditandai dengan reaksi-reaksi emosional yang tidak terkendali sebagai
cara untuk mempertahankan diri dari kepekaannya terhadap rangsang-rangsang
emosional. Pada neurosis jenis ini fungsi mental dan jasmaniah dapat hilang
tanpa dikehendaki oleh penderita. Gejala-gejala sering timbul dan hilang secara
tiba-tiba, teruma bila penderita menghadapi situasi yang menimbulkan reaksi
emosional yang hebat.
b. Jenis-jenis histeria
Histeria digolongkan
menjadi 2, yaitu reaksi konversi atau histeria minor dan reaksi disosiasi atau
histeria mayor.
1) Histeria minor atau reaksi konversi
Pada histeria minor kecemasan diubah atau dikonversikan (sehingga disebut
reaksi konversi) menjadi gangguan fungsional susunan saraf somatomotorik atau
somatosensorik, dengan gejala : lumpuh, kejang-kejang, mati raba, buta, tuli,
dst.
2) Histeria mayor atau reaksi disosiasi
Histeria jenis ini dapat terjadi bila kecemasan yang yang alami penderita
demikian hebat, sehingga dapat memisahkan beberapa fungsi kepribadian satu
dengan lainnya sehingga bagian yang terpisah tersebut berfungsi secara otonom,
sehingga timbul gejala-gejala : amnesia, somnabulisme, fugue, dan kepribadian
ganda.
c. Faktor penyebab histeria
Menurut Sigmund Freud,
histeria terjadi karena pengalaman traumatis (pengalaman menyakitkan) yang
kemudian direpresi atau ditekan ke dalam alam tidak sadar. Maksudnya adalah
untuk melupakan atau menghilangkan pengalaman tersebut. Namun pengalaman
traumatis tersebut tidak dapat dihilangkan begitu saja, melainkan ada dalam
alam tidak sadar (uncociousness) dan suatu saat muncul kedalam sadar tetapi dalam
bentuk gannguan jiwa.
d. Terapi terhadap penderita histeria
Ada beberapa teknik terapi yang dapat dilakukan untuk menyembuhkan hysteria
yaitu :
1) Teknik hipnosis (pernah diterapkan oleh dr. Joseph
Breuer);
2) Teknik asosiasi bebas (dikembangkan oleh Sigmund
Freud);
3) Psikoterapi suportif.
4) Farmakoterapi.
3. Neurosis fobik
a. Gejala-gejala neurosis fobik
Neurosis fobik merupakan
gangguang jiwa dengan gejala utamanya fobia, yaitu rasa takut yang hebat yang
bersifat irasional, terhadap suatu benda atau keadaan. Fobia dapat menyebabkan
timbulnya perasaan seperti akan pingsan, rasa lelah, mual, panik, berkeringat.
Ada bermacam-macam fobia yang nama atau sebutannya menurut faktor yang
menyebabkan ketakutan tersebut, misalnya :
1) Hematophobia: takut melihat darah
2) Hydrophobia: takut pada air
3) Pyrophibia: takut pada api
4) Acrophobia: takut berada di tempat yang tinggi
b. Faktor penyebab neurosis fobik
Neurosis fobik terjadi
karena penderita pernah mengalami ketakutan dan shock hebat berkenaan dengan situasi
atau benda tertentu, yang disertai perasaan malu dan bersalah. Pengalaman
traumastis ini kemudian direpresi (ditekan ke dalam ketidak sadarannya). Namun
pengalaman tersebut tidak bisa hilang dan akan muncul bila ada rangsangan
serupa.
c. Terapi untuk penderita neurosis fobik
Menurut Maramis, neurosa
fobik sulit untuk dihilangkan sama sekali bila gangguan tersebut telah lama
diderita atau berdasarkan fobi pada masa kanak-kanak. Namun bila gangguan
tersebut relatif baru dialami proses penyembuhannya lebih mudah. Teknik terapi
yang dapat dilakukan untuk penderita neurosis fobik adalah :
1) Psikoterapi suportif, upaya untuk mengajar
penderita memahami apa yang sebenarnya dia alami beserta psikodinamikanya.
2) Terapi perilaku dengan deconditioning, yaitu
setiap kali penderita merasa takut dia diberi rangsang yang tidak menyenagkan.
3) Terapi kelompok.
4) Manipulasi lingkungan.
4. Neurosis obsesif-kompulsif
a. Gejala-gejala neurosis obsesif-kompulsif
Istilah obsesi menunjuk
pada suatu ide yang mendesak ke dalam pikiran atau menguasai kesadaran dan
istilah kompulsi menunjuk pada dorongan atau impuls yang tidak dapat ditahan
untuk tidak dilakukan, meskipun sebenarnya perbuatan tersebut tidak perlu
dilakukan.
Contoh obsesif-kompulsif antara lain ;
1) Kleptomania : keinginan yang kuat untuk mencuri meskipun dia
tidak membutuhkan barang yang ia curi.
2) Pyromania : keinginan yang tidak bisa ditekan untuk membakar
sesuatu.
3) Wanderlust : keinginan yang tidak bisa ditahan untuk bepergian.
4) Mania cuci tangan : keinginan untuk mencuci tangan secara terus
menerus.
b.Faktor penyebab neurosis obsesif-kompulsif
Neurosis jenis ini dapat terjadi karena faktor-faktor sebagai berikut
(Yulia D., 2000 : 116-117).
1) Konflik antara keinginan-keinginan yang ditekan
atau dialihkan.
2) Trauma mental emosional, yaitu represi pengalaman masa lalu (masa
kecil).
c. Terapi untuk penderita neurosis obsesif-kompulsif
1) psikoterapi suportif;
2) penjelasan dan pendidikan;
3) terapi perilaku.
5. Neurosis depresif
a. Gejala-gejala neurosis depresif
Neurosis depresif merupakan neurosis dengan gangguang utama pada perasaan
dengan ciri-ciri : kurang atau tidak bersemangat, rasa harga diri rendah, dan
cenderung menyalahkan diri sendiri. Gejala-gejala utama gangguan jiwa ini
adalah :
1) gejala jasmaniah : senantiasa lelah.
2) gejala psikologis : sedih, putus asa, cepat
lupa, insomnia, anoreksia, ingin mengakhiri hidupnya, dst.
b. Faktor penyebab neurosis depresif
Menurut hasil riset
mutakhir sebagaimana dilakukan oleh David D. Burns (1988 : 6), bahwa depresi
tidak didasarkan pada persepsi akurat tentang kenyataan, tetapi merupakan
produk “keterpelesetan’ mental, bahwa depresi bukanlah suatu gangguan emosional
sama sekali, melainkan akibat dari adanya distorsi kognitif atau pemikiran yang
negatif, yang kemudian menciptakan suasana jiwa, terutama perasaan yang negatif
pula.
Burns berpendapat bahwa
persepsi individu terhadap realitas tidak selalu bersifat objektif. Individu
memahami realitas bukan bagaimana sebenarnya realitas tersebut, melainkan bagaimana
realitas tersebut ditafsirkan. Dan penafsiran ini bisa keliru bahkan
bertentangan dengan realitas sebenarnya.
c. Terapi untuk penderita neurosis depresif
Untukmenyembukan depresi, Burns (1988 : 5) telah mengembang-kan teknik
terapi dengan prinsip yang disebut terapi kognitif, yang dilakukan
dengan prinsip sebagai berikut.
1) Bahwa semua rasa murung disebabkan oleh kesadaran
atau pemikiran ang bersangkutan.
2) Jika depresi sedang terjadi maka berarti pemikiran
telah dikuasai oleh kekeliruan yang mendalam.
3) Bahwa pemikiran negative menyebabkan kekacauan
emosional.
Terapi kognitif
dilakukan dengan cara membetulkan pikiran yang salah, yang telah menyebabkan
terjadinya kekacauan emosional. Selain terapi kognitif, bisa pula pendrita
depresi mendapatkan farmakoterapi.
6. Neurasthenia
a. Gejala-gejala neurasthenia
Neurasthenia disebutjuga
penyakit payah. Gejala utama gangguan ini adalah tidak bersemangat, cepat lelah
meskipun hanya mengeluarkan tenaga yang sedikit, emosi labil, dan kemampuan
berpikir menurun.
Di samping gejala-gejala
utama tersebut juga terdapat gejala-gejala tambahan, yaitu insomnia, kepala
pusing, sering merasa dihinggapi bermacam-macam penyakit, dst.
b. Faktor penyebab neurasthenia
Neurasthenia dapat terjadi karena beberapa faktor (Zakiah Daradjat, 1983 :
34), yaitu sebagai berikut.
1) Terlalu lama menekan perasaan, pertentangan batin,
kecemasan.
2) Terhalanginya keinginan-keinginan.
3) Sering gagal dalam menghadapi persaingan-persaingan
c. Terapi untuk penderita neurasthenia
Upaya membantu penyembuahn penderita neurasthenia dapat dilakukan dengan
teknik terapi sebagai berikut.
1) Psikoterapi supportif;
2) Terapi olah raga;
3) Farmakoterapi.
C. Faktor Penyebab Neurosis
Sebab-sebab utama dari
neurosis ini adalah faktor psikologis dan cultural, yang menyebabkan timbulnya
banyak stress dna ketegangan-keteganngan kuat yang kronis pada seseorang.
Neurosis timbul karena adanya sikap menyalahkan realitas dan cenderung
menghindar, bukan mengatasi stress dan kecenderungan mempertahankan gaya hidup neurotic
kendati tahu bahwa hal itu merugikan diri sendiri.
Sebab-sebab lain adalah:
1.
ketakutan yang terus-menerus dan seing
irrasional
2.
ketidakseimbangan pribadi
3.
konflik-konflik internal
4.
lemahnya pertahanan diri
5.
adanya tekanan-tekanan sosial dan tekanan
kultural yang sangat kuat sehingga menyebabkan mental break down.
D. Tanda-tanda Neurosis
1.
Biasanya orang yang mengidapnya akan
diliputi kecemasan
2.
Pribadinya tidak efektif, tidak bahagia
dan dihantui rasa bersalah
3.
Penderita tidak mampu mengadakan adaptasi
terhadap lingkungannya
4.
Sendiri dan membenci dirinya sendiri
5.
Tingkah lakunya jadi abnormal dan
aneh-aneh tidak mengerti dirinya sendiri
6.
wawasan yang tidak lengkap
mengenai sifat-sifat dari kesukarannya
7.
seringkali disertai fobia,
gangguan pencernaan, dan tingkah laku obsesif-kompulsif
Jadi, dapat disimpulkan jika neurosis itu adalah suatu kelainan mental,
hanya memberi pengaruh pada sebagaian kepribadian, lebih ringan dari psikosis,
dan seringkali ditandai dengan : keadaan cemas yang kronis, gangguan-gangguan
pada indera dan motorik, hambatan emosi, kurang perhatian terhadap lingkungan,
dan kurang memiliki energi fisik, dst.
Dan terbagi atas beberapa macam yaitu:
a. Neurosis cemas (anxiety neurosis atau
anxiety state)
b. Neurosis Histeria
c. Neurosis fobik
d. Neurosis obsesif-kompulsif
e. Neurasthenia
DAFTAR RUJUKAN
Prof. Dr. Sutardjo A.
Wiramihardja. 2005. Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung: PT. Refika Aditama.
Kartono, Kartini (1989).
Psikologi Abnormal dan Abnormalia
Seksual. Bandung: Mandar Maju.
_______________(2003).
Psikologi Sosial. Jakarta: Raja
Grafindo Persada
Maramis, W.F. (1980) Ilmu
Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University.
Marlina. 2007. Bahan Ajar Psikiatri. Padang: FIP UNP.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar